Ahad, 21 Februari 2010

Perutusan Pertama Mursyidul Am Ikhwan Muslimin


Risalah dari DR. Muhammad Badi’, Mursyid Am Ikhwanul Muslimin, 21-01-2010

Ikhwah dan akhwat yang dimuliakan..
Asslamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh
Inilah risalah pertama yang ingin saya sampaikan kepada kalian, dari posisi yang mana kalian telah memberikan amanah kepada saya, yang pada hakikatnya telah memberikan kepada saya beban yang berat ini; sebagaimana yang pernah diucapkan oleh Abu Bakar dengan penuh tawadhu’;


وُليت عليكم ولست بخيركم، أطيعوني ما أطعت الله فيكم


“Aku diberi amanah, padahal aku bukanlah orang yang terbaik dari kalian, taatlah kepadaku selama aku penitahkan kalian untuk taat kepada Allah dalam diri kalian” ..


Dan yang kami harapkan pada itu semua adalah doa kalian; semoga dengan keberkatanNya kita akan menjadi orang yang terbaik sebagaimana yang pernah disebutkan oleh nabi saw:


خير أمرائكم الذين تدعون لهم ويدعون لكم
“Sebaik-sebaik pemimpin kalian adalah yang kalian doakan kebaikan untuk mereka dan mereka mendoakan kebaikan untuk kalian”.


Bahawa syura, struktur dan thiqah merupakan bahagian ujian rabbani yang tepat benar dalam jiwa para ikhwah dan akhwat di semua tingkatan dan levelnya .. syura bagi kami merupakan salah satu surat dalam Al-Qur’an, salah satu kewajiban Islam, salah satu akhlak dan perilaku yang memerlukan adanya pelaksanaan dan penerapan di semua tingkat dan level serta sebagai mekanisme terbaru yang digunakan untuk melakukan proses penilaian pendapat dan pemilihan dalam mengganti posisi pemimpin dan pemikul tanggungjawab.


Dan kalian telah menyaksikan keteladanan yang telah disajikan oleh Mursyid Am ketujuh; Ustaz Muhammad Mahdi Akif, yang semuanya telah menjadi bersinar-sinar dalam sikapnya yang mendalam terhadap konsep-konsep dan nilai-nilai, dan membantah segala kebohongan dan fitnah yang diarahkan atasnya dan atas jamaah kita yang penuh berkah ini. Dan kami tidak membantah kepada mereka yang mengatakan bahawa ikhwanul Muslimin menuntut adanya demokrasi, sebagaimana kami tidak membantah adanya berbagai pandangan dan pernyataan negatif terhadap kami; kerana kami para aktivis yang selalu bekerja, dan jika berada pada satu sikap seperti itu maka nescaya Allah melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap.


Sungguh kita telah melewati masa-masa yang memiliki keinginan yang banyak, berbagai peristiwa yang telah berlalu tidak akan mengguncang fondasi (asas yang kuat) jamaah, merobohkan bangunannya, dan mereka menduga atas kami dengan berbagai praduga (anggapan) yang buruk. Namun Al-Hamdulillah (segala puji bagi Allah) dengan adanya rukun thiqah terhadap qiyadah, terhadap janji Allah, dan perasaan adanya naungan Allah atas jamaah ini, manhajnya yang bersih, dan prosedurnya yang murni; sehingga mampu memberikan perlindungan –berkat kurnia Allah- atas jamaah ini dari berbagai fitnah, meluruskan berbagai kesalahan dan kekeliruan, menyempurnakan yang kurang dengan berlandaskan cinta kasih kerana Allah, tanpa ada friksi (perpecahan) dan faksi (kelompok di suatu parti politik) yang dapat mendorong melakukan penentangan dan pertikaian yang tercela dan fanatisme (keyakinan, kepercayaan), atau ingin menang sendiri atau mengikuti hawa nafsu belaka.


Jika ini yang kalian saksikan di tingkat qiyadah (pemimpin) dalam satu urusan dan perkaranya yang sangat monumental (menimbulkan kesan) dan sangat penting yang terjadi dalam tubuh jamaah yang penuh berkah ini, adalah merupakan kinerja (sesuatu yang dicapai) yang patut dibanggakan; dan oleh karena itu wajib bagi kita untuk menerapkan ini pada semua tingkatan dan levelnya.


Dalam pertemuan terbatas antara ikhwah dalam usrah mereka, syura menjadi salah satu rukun (pilar) dalam membangun kepribadian Islam yang independent (merdeka) dan bebas, terutama dalam mengungkapkan pendapat dan idea, dan memberikan nasihat dengan berharap menggapai redha Allah SWT. Kerana orang yang tidak memiliki kebebasan dalam menyampaikan pendapat tidak akan mampu membebaskan negeri mereka sendiri; kerana bebasnya suatu negeri dari berbagai kekuasaan militer (ketenteraan), politik, ekonomi, atau ideologi merupakan satu misi utama Ikhwan, dan sebuah kemerdekaan tidak akan mampu diraih kecuali dengan melakukan -pertama kali- kebebasan jiwa setiap insan dari berbagai belenggu.. kerana itu marilah kita mulai dari diri kita masing-masing, marilah berusaha untuk menerapkan syura di semua tingkatan dan levelnya; kerana hal tersebut membutuhkan(memerlukan) latihan dan kesabaran untuk mendengar pendapat dan saranan orang lain, menyemak nasihat yang merupakan inti agama, dan ia merupakan milik para pemimpin sebelum umat Islam secara umum.


Marilah kita wujudkan pembaharuan darah ini, dengan melatih para pemimpin dan meningkatkan kapabilitasnya (kualiti) guna meneruskan saya oleh kalian yang memiliki cita-cita dan visioner (wawasan ke depan), saf pertama kemudian yang datang selanjutnya, saf kedua kemudian yang datang selanjutnya, lalu mempersiapkan tiga shaf yang siap menjadi qiyadah; karena mempersiapkan pionir (penganjur) yang mumpuni (mampu melaksanakan tugas dengan baik) secara syar’i dan khusus sangat dibolehkan dalam ibadah solat, sekalipun belum mendapatkan taklif(beban) namun mempersiapkan pemimpin dalam ibadah merupakan misi yang harus dilalui dengan berbagai proses.


كونوا عبادًا قبل أن تكونوا قوادًا، تصل بكم العبادة إلى أفضل قيادة
“Jadilah kalian hamba Allah sebelum kalian menjadi qiyadah (pemimpin), sehingga dengan ibadah akan menyampaikan kalian pada qiyadah yang lebih baik” sebagaimana yang pernah disampaikan oleh imam Al-Banna.


Kerana ada yang beranggapan bahwa stabilitas (kestabilan) tidak akan terwujud kecuali kerana adanya kejumudan dan tidak adanya perubahan; padahal tubuh yang sihat dan prima (pertama) adalah tubuh yang darahnya selalu mengalir dan terus memperbaharui sel-sel yang ada di dalamnya, namun ketika aliran darah terhenti dan sel-selnya vakum dari melakukan aktivitas (aktiviti); maka hal demikian bukan dianggap sebagai stabilitas, namun sebagai penyakit kematian, naudzubillah.


Inilah jamaah kalian yang berkat kurnia Allah mampu tampil dengan penuh vitalitas, kekuatan penuh dan azam yang kuat untuk bergerak pada jalan yang lurus, pada tsawabit yang sama dan pada nilai-nilai yang direguk oleh pendirinya Imam Syahid Hasan Al-Banna –semoga Allah merahmatinya- dengan bersandarkan pada Al-Qur’an dan Sunnah, dan begitu pula yang telah direguk oleh para mursyid am (pemimpin) terdahulu, serta pengorbanan orang-orang yang sabar baik dari laki-laki mahu pun wanita dari anggota jamaah ini dengan apa yang mereka miliki; untuk dapat mempertahankan dakwah Allah tetap tinggi panji-panjinya, memiliki kewibawaan dan kekuatan, sehingga dapat tersebar banyak kebaikan di berbagai pelosok negeri.


وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ
Dan hanya milik Allah kekuatan dan kemuliaan dan juga milik Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman”. (Al-Munafiqun: 8)


Allah Maha Besar dari segala kesulitan…
Segala puji hanya milik atas segala sesuatunya..


Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh


Sabtu, 20 Februari 2010

Inilah hidupku : Ust Dzul


Kadang-kadang, rasa kecil juga hati, cemburu datang bertalu-talu, rasaingin ‘gugur’ bagaikan helainan dedauanan kering datang bersinggah. Rasa cemburu dan geram itu kerap kali juga mengusik hati, dan sering kali juga membuatkan aku terkedu dan sendu.

Menjadi orang penting dalam persatuan yang dinggap pemberontak no. 1 di UM kadang-kdang membuatkan hati pedih. Ada kala, ketika orang lain sibuk menyertai pelbagai seminar, kita pula terpaksa berhempas-pulas membuat kerja lain. Saya masih ingat, ketika itu ada seminar peringkat kebangsaan diadakan di Akademi Islam tetapi saya dengan berat hati terpaksa melupakannya kerana menumpukan gerak kerja pilihan raya kampus. Tapi hati mana tidak pedih.

Beberapa kali juga kursus kahwin diadakan namun tidak pernah sempat untuk saya meluangkan masa, sedangkan yang lain seronok je dengar cerita pasal kahwin. Kursus tu takpelah, tetapi bagaimana dengan seminar-seminar ilmu? Saya masih ingat program dakwah yang menghadirkan Siddiq Fadzil dan Shah Kirit, sekali lagi saya terpaksa melupakannya. Adik saya Wasif juga kerap kali menjemput saya untuk program keilmuan PKPIM tetapi banyak juga terpaksa saya lupakan.

Geram juga kadang-kadang. Jauh sudut hati, ah, pedulikan jamaah, pedulikan Islam, lebih baik aku masuh seminar je. Tetapi seminar hanya memberikan kebaikan untuk diriku seorang sedangkan gerak kerja jamaah adalah untuk umum.Orang lain mungkin tidak tahu, bahawa kami hidup membela kebajikan mereka. Kami sanggup dihadapkan di mahkamah Universiti, dimarahi pihak pentadbiran, berdepan dengan pelbagai cabaran, semuanya untuk kebaikan student tetapi tengok-tengok, student pula menyalahkan kami. Kami berjuang untuk merendahkan kadar caj perkhidmatan Ptptn malah meniadakannya sama sekali, tengok-tengok student pula yang membenci kami. Walhal kami berjuang untuk mereka. Ah, pedulikan. Mereka bukan faham pun.

Siapa tidak cemburu apabila melihat rakan-rakan berkursus bahasa Arab di Syria untuk dua bulan. Rasa cemburu menampar-nampar ulu hati, namun apakan daya. Saya membujuk hati yang lara, jika kalian ke Syria untuk berseronok dengan ilmu, maka saya di Malaysia untuk bermain dengan duri-duri perjuangan. Jika kalian bertemu al-Zuhayli dan al-Buti di sana, saya pula bertemu dengan rakyat yang menderita kebuluran di sini. Jika kalian tenggelam dengan asyik-makhsyuk ilmu, saya pula sibuk mengesat air mata duka masyarakat.

Saya katakan kepada seseorang yang akrab dengan saya ketika kami bertemu di bawah teduhan pohon di masjid UIA PJ, bahawa saya tidak mahu hidup sebagaimana orang lain. Benar, orang lain bekerja gaji ribuan ringgit, namun saya tidak puas dengan gaji ribuan ringgit jika masa tidak dipenuhkan dengan gerak kerja Islam. Lalu gaji ribuan itu saya tinggalkan. Benar, orang lain mungkin puas bekerja makan gaji dan berada di pejabat, kelak mereka tidak perlu bimbang untuk membalas budi orang tua, namun saya tidak puas jika tiada usaha membentuk generasi muda dengan sebaiknya. Saya puas dengan hidup sekarang. Duit tidak pernah cukup, tetapi jiwa senang dengan gerak kerja ini.


Saya masih ingat, saya mengumpul-ngumpul duit hasil kuliah-kuliah, lebih seribu itu yang pasti. Duit itu saya kumpulkan kerana saya ingin mendirikan Bait Muslim dengan hasil usaha saya sendiri, tanpa bergantung kepada orang. Namun apabila melihat sahabat yang kadang-kadang tidak berduit, hati saya tidak tenang. Lalu duit itu yang ribuan hanya tinggal beberapa keping sahaja. Sekarang, saya cuba lagi mengumpulkan wang untuk keperluan, namun sekejap saya ke Perak, sekejap ke Kedah, sekejap ke Kelantan, jadi, duit pasti saya gunakan. Akhirnya, saya tinggal tidak berduit. Tetapi apalah sangat kisah hidup yang tidak seberapa ini jika dibandingkan dengan pejuang dahulu yang pernah makan nasi berlaukkan telur berasama keluarga beberapa lama. Apalah sangat kisah hidup saya jika dibandingkan beberapa pejuang yang hanya makan magge beberapa minggu.

Lalu saya katakan kepada teman saya di petang itu, saya inginkan hidup yang susah. Orang yang hebat, semuanya lahir dalam kesusahan. Malah mereka sengaja menempuh hidup yang susah kerana kesusahan tidak melekakan, malah kesusahan mengajar erti berdikari. Saya katakan kepadanya lagi, saya tidak pernah terdidik dengan kesenangan, malah sejak kecil saya hidup berpada-pada.

Ya, semasa di bangku sekolah rendah dulu, ma selalu memberikan duit kepada kami adik beradik 50 sen sahaaj setiap hari. Ketika itu harga kuih 10 sen dan air juga begitu, manakala nasi 30 sen atau 50 sen harganya. Saya makan sekadarnya. Beberapa kawan terkejut melihat saya. Katanya kamu anak orang yang senang tetapi hanya berbekalkan duit 50 sen, sedangkan kami berbekalkan duit 1 ringgit.

Apabila masuk ke sekolah menengah, saya cukup hairan dengan ramai sahabat saya yang punya duit yang banyak. Walhal tidaklah banyak sangat, tetapi di dalam dompet itu terdapat banyak juga helaian merah. Sedangkan saya sehingga tingkatan 5 tidak pernah mempunyai dompet. Saya tidak pandai menyimpan wang di dalam dompet. Saya tidak pernah merasai duit yang banyak untuk dibelanjakan. Jika ma ingin membelikan baju, saya rasakan ia sangat membazir dan menyusahkan ma sahaja. Jadi, biarkan, baju yang lama masih banyak. Baju abah pun banyak lagi.

Sehinggalah apabila saya ditawarkan meneruskan pengajian di Kusza, kakak membelikan saya dompet, yang saya gunakan sehinggakan ke hari ini. Agak lusuh, tetapi masih terjaga. Saya bertekad tidak akan menukarkannya kerana inilah pemberikan kakak yang perlu saya hargai. Lalu pernah seharian di Kusza saya hanya menghilangkan dahaga dengan air watercooler dan menyahkan rasa lapar dengan kurma dan kismis yang dibawa dari rumah. Wajah hari itu, pastinya pucat menahan lapar.


Saya sangat tidak suka membazir. Saya juga tidak suka bermewah. Mungkin ketika saya menjadi presiden Pmi, beberapa orang marahkan saya kerana selekeh. Ah, pedulikan. Biar saya luahkan dalam blog ini, saya bukan sengaja tidak mahu membelikan pakaian yang baru. Saya bukan sengaja mengenakan baju dan seluar abah yang besar. Saya bukan sengaja membelikan kasut yang berharga Cuma 12 ringgit atau 15 ringgit. Saya bukan sengaja membelikan baju yang mencecah 20 ringgit dan sehelei dua yang mencecah 40 ringgit. Tetapi saya bukannya berduit sangat, dan saya tidak rela menghabiskan duit saya untuk perkara-perkara tersebut sedangkan ramai sahabat saya yang kelaparan.

Apabila saya masuk ke kusza, saya terkejut melihat ramai orang yang bercakap sendirian. Oh rupanya mereka bercakap dengan handset. Saya tidak mengetahui perkara tersebut kerana saya baru memegang handset yang harganya sekarang boleh didapati dengan semurah 50 ringgit.

Saya biarkan sahaja orang memarahi saya, kerana mereka inginkan saya presiden yang menjaga imej. Pernah saya ketiadaan seluar, lalu saya sarungkan seluar hitam yang sebenarnya seluar baju melayu. Sampai sekarang itulah seluar yang saya pakai ke sana ke sini, kerana saya tidak punya seluar yang baik untuk dipakai.

Bagi saya yang tidak pernah merasa duit yang banyak, apabila saya mendapati duit dalam bank ada dalam sekitar 300, saya rasa saya sangat kaya. Ya, saya sangat kaya. Lalu saya menggunakannya untuk membelanja kawan-kawan saya. Saya punya ptptn yang sangat sedikit. Ramai yang tidak mempercayaianya. Ya, hanya 3300, untuk 3 tahun. 3300 itu jumlah keseluruhannya. Lalu, saya tidak pernah mengusik duit baki yang terdapat dalam bank sehinggalah ke sem terakhir, itupun untuk membayar yuran yang belum habis-habis lagi.

Namun kadang-kadang saya terasa. Rakan-rakan saya yang tampaknya tidak berduit, tetapi ada kalangan mereka yang terlalu bermewah. Bermewah tidak mengapa, tetapi apabila terlalu bermewah, ini yang tidak dapat saya terima. Saya mengamalkan prinsip bersederhana, mewarisi kehidupan Gandhi yang berhati mulia. Itu yang saya cuba.

Saya bilang lagi kepada teman saya yang amat saya hormati, bahawa saya ingin punya wang yang banyak, menjadi kaya raya, untuk membantu jamaah dan sahabat. Perkara pertama saya lakukan bila saya memiliki wang banyak adalah menghulurkan bantuan sebanyak mungkin kepada yang memiliki masalah kewangan.

Jika saya pernah melupakan hasrat ke Syria kerana Gamis, maka saya juga lupakan hasrat saya untuk bermewah kerana sahabat. Oh, maafkan saya.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
- Ust Dzulkhairi (ExPresiden GAMIS) ..

Ke Mana Kita Tumpahkan Cinta??

Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani.
Selawat dan salam ke atas junjungan mulia Muhammad sallallaahu ‘alayhi wa sallam penghulu anbiya’ dan para rasul.

Saya menulis artikel ini ketika sedang berbual dengan ustaz Zulhazwan yang baru saya kenali semalam.Saya beruntung kerana dapat mengenali beliau yang isterinya sekarang sedang sarat mengandungkan anak sulung mereka.Kita doakan kesejahteraan beliau sekeluarga.Amiin..


LangitIlahi.Com



Pagi ini saya melawat ke laman web LangitIlahi.com.Sebuah laman yang temanya berbunyi Mari Menjadi Hamba dan -pada saya- pengendali laman berkenaan benar-benar berusaha ke arah temanya itu.

Nama pengendali laman itu ialah Asyraf Hilal,sebuah nama yang saya tertarik walaupun sebelum saya mengetahui apa-apa tentang dia.Dan apabila saya mengenali tulisan-tulisannya,saya benar-benar tertarik.

Terlebih pula saya memuji beliau(baca:tulisan-tulisan beliau).Namun bukan niat asal saya hendak memujinya.Tapi memandangkan sudah terlanjur menceritakan ini,maka di sini saya mengajak anda supaya berziarah ke laman beliau,langitIlahi.com.

Berkunjunglah,anda akan mendapat manfaat darinya.InsyaAllah.

Saya bercerita tentang beliau adalah kerana sebagai mukaddimah catatan saya pada kali ini.Hal ini demikian kerana tulisan saya pada kali ini adalah cebisan ilham daripada sebuah artikel beliau,Ekspedisi Cintaku.

PENGARUH CINTA


Tuan-tuan yang saya muliakan,

Terus-terang saya katakan,cinta sebenarnya sangat berpengaruh dalam kehidupan insan.Cinta telah membuat ramai manusia begitu komitmen untuk melaksanakan sesuatu perkara dengan penuh kesungguhan.

Sanggup bersusah-payah demi mencapai kehendak pihak yang dicintainya.

Kepuasan cintanya.

Cinta seorang lelaki kepada teman wanitanya mampu membawa lelaki tersebut hingga mencapai sesuatu yang selama ini tidak pernah dibayangkannya.Begitu juga sebaliknya.

Berita gadis yang membunuh diri akibat tewas dalam bercinta sudah terlalu sering kita terdengar.Yang lari dari rumah lantas mengikut pasangannya pula tidak perlu kita fikir,terlalu ramai!

Hanya kerana cinta manusia.

Namun ada pula cinta yang lain dari itu.

Iaitu cinta kedudukan dan kemahsyuran.

Contohnya?

Contohnya adalah yang selalu kita dengar dan yang sering kita bincangkan.Saya yakin,ramai dalam kalangan kita yang tanpa sedar ataupun dengan sedar selalu menjadi perbicangan dalam hidupnya adalah tentang ini.Iaitu tentang kedudukan dan kemahsyuran.

Sama ada kedudukan diri sendiri atau kemahsyuran orang lain.Hampir sama sahaja.

Golongan dewasa asyik dengan mencari kedudukannya,sedang kumpulan remaja pula sibuk
pada mencari kemasyhuran.Kedudukan dan pangkat supaya mereka dikenali dan dihormati.Kemasyhuran dan kemegahan supaya mereka dipuja dan digilai.

Bukankah ini yang membarah dalam masyarakat insan?

Tapi masih adakah juga cinta yang lain dari itu?

Jawapannya ada.

Iaitu cinta harta dan kemewahan.

Cinta harta juga tidak kurang hebatnya.Pernah anda mendengar dua orang yang berbunuhan kerana harta?

Tanpa berfikir panjang anda pasti akan menjawab ‘ya’ atau ‘pernah’.Kerana jawapannya memang harus itu!

Sudah terlalu ramai yang yang hilang nyawa atau mati hanya kerana harta.Yang memenuhi dada-dada akhbar kita sekarang,bukankah kebanyakannya tentang cinta harta?

Maaf.

Kita ini,manusia.

Saya menyebutkan contoh-contoh yang tidak enak ini kerana mahu mengatakan bahawa peranan cinta dalam kehidupan kita.Supaya dengan contoh-contoh yang dahsyat ini ia benar-benar membawa kepada makna bahawa cinta itu benar-benar memberi pengaruh yang besar kepada kehidupan manusia.

CINTA APA SEBENARNYA



Sebenarnya ada lagi perkara-perkara lain yang menjadi kecintaan para manusia ini.Namun di sini saya tidak mahu memfokus kepadanya kerana pada saya tiga jenis cinta inilah yang banyak terjadi.

Dan sebenarnya juga,cinta itu hanya menjadi benar apabila ia duduk di tempatnya yang benar.

Adakah saya bermaksud cinta-cinta di atas tidak benar?

Jawapannya ada pada anda.

Saya tidak mahu semberono mengatakan cinta-cinta itu tidak benar.

Boleh jadi cinta-cinta ini benar.Boleh jadi juga ia tidak pada tempat yang benar.Seperti yang saya katakan tadi,cinta itu hanya benar apabila duduknya di tempat yang benar.

Jadi apa cinta yang benar bila duduk di tempatnya?

Jawapan saya adalah kebanyakan cinta itu benar apabila ia sudah duduk di tempatnya.

Ini jawapan saya.Anda berhak untuk khilaf.

Namun izinkan saya menghuraikannya,walaupun seringkas ini.

Cinta pasangan itu boleh,tapi ia bersyarat.

Apa syaratnya?

Syaratnya pada saya,cinta pada pasangan itu adalah cinta yang dengannya kita peroleh rahmat.Cinta yang padanya kita mendapat berkat.Cinta yang melaluinya Tuhan berkenan melimpahkan maghfirah-Nya.

Pada saya inilah satu-satunya syarat yang paling utama.

Qiaskanlah syarat ini pada cinta pasangan,anak-anak,harta,pangkat,wang ringgit dan semuanya.

Maksudnya mudah,apa sahaja yang menjurus kepada syarat ini,maka bagi saya ia adalah benar.Jika tidak benar,masakan Allah berkenan melimpahkan rahmat-Nya.

Itu sahaja.

CINTA ALLAH





Namun anda rasa bagaimanakah untuk sampai ke situ?

Maksud saya bagaimanakah untuk mencapai cinta semua tadi yang padanya menarik pandangan Sang Pencipta?

Lalu mengubah cinta dunia yang kita pandang jelek menjadi cinta yang mulia.

Cinta yang murni.

Maka di sini saya memaklumkan.

Dengan kita mula mencintai-Nya,maka kemudiannya kita akan tahu bagaimana untuk meletakkan semua cinta tadi di duduknya yang benar.

Cinta Allah yang dengannya kita akan tahu bagaimana untuk meletak cinta pasangan kita.

Kerana dalam syariat-Nya yang syumul,telah diterangkan caranya.

Iaitu dengan jalan yang halal.Selagi belum halal,cinta itu itu tidak benar.

Jangan percayakan cinta itu.Jangan beramal dengannya.Kerana ia cinta yang tidak benar.

Ia boleh menarik murka-Nya.

Begitu juga cinta kedudukan.Ia boleh menjadi modal besar dalam meraih redha-Nya.Katakan saja,dengan kedudukan yang seseorang miliki,dia mempengaruhi manusia lainnya supaya turut sama mencintai Allah.

Bukankah dengan kedudukannya itu manusia lebih dekat untuk menerima berbanding dia hanya manusia yang tidak langsung dipandang?

Tuan-tuan,

Begitu jugalah kemasyhuran,pangkat,harta,keturunan dan apa sahaja yang kita cinta.Asal sahaja cinta kita itu kerana-Nya,maka itulah duduknya yang benar.

JUJURLAH,KE MANA KITA TUMPAHKAN CINTA



Jadi seperti yang saya katakan tadi,cinta itu pengaruhnya besar.

Jika pengaruhnya tidak sebesar mana,maka ia bukan cinta seperti yang saya katakan tadi.

Makanya saya mengajak diri berfikir dan merenung,saya ini pada apakah yang saya sedang tumpahkan cinta saya sekarang?

Pada wanitakah?

Pada hartakah?

Pada kemasyhurankah?

Jawabnya.

Wahai diri,

Jujurlah.

Apakah yang memberi pengaruh dalam kehidupan kamu.

Maka di situ lah yang sedang kamu tumpahkan cinta kamu sekarang.

Dihiaskan (dan dijadikan indah) kepada manusia: Kesukaan kepada benda-benda yang diingini nafsu, iaitu perempuan-perempuan dan anak-pinak; harta benda yang banyak bertimbun-timbun, dari emas dan perak; kuda peliharaan yang bertanda lagi terlatih dan binatang-binatang ternak serta kebun-kebun tanaman. Semuanya itu ialah kesenangan hidup di dunia dan (ingatlah), pada sisi Allah ada tempat kembali yang sebaik-baiknya (iaitu Syurga).(Surah A-li 'Imraan,Ayat:14)

Wallahu’alam


ADAKAH ANDA SETUJU DENGAN SAYA??

Khamis, 18 Februari 2010

Aku Tidak Tahu !


Dunia hari ini semakin rancak bergerak memacu zaman IT yang serba canggih, teknologi maklumat berkembang pesat setiap minit sehingga membentuk dunia yang penuh dengan lambakkan maklumat dan informasi. Dengan adanya Syaikh Google dan Maulana Yahoo segala-galanya bagaikan hanya dihujung jari.

Namun begitu,tidak bermakna pada zaman akses maklumat yang serba canggih ini semua orang akan boleh digelar sebagai cerdik pandai, malah sebenarnya antara perkara yang paling merisaukan pada zaman ini ialah begitu ramai yang jahil tetapi berlagak pandai. Tidak cukup dengan itu, apa sahaja yang berbeza dan bertentangan dengan kefahaman dan ilmunya yang cetek itu,terus dipersalahkan.


Mudah Menyalahkan

Ini antara penyakit yang melanda orang zaman informasi ini,terutamanya umat islam,lebih-lebih lagi golongan yang so called agamawan. Apabila berdepan dengan pengamalan fiqh orang lain yang sedikit berbeza dan tidak pernah di dengari ataupun di lihat sebelumnya, terus dianggap salah. Bukankah lebih baik mengambil sikap bertenang dan berfikir. Sedarlah bahawa kita bukanlah orang yang paling mengusai ilmu di dunia,jadi tidak mustahil terlalu banyak perkara yang kita belum pun pelajari dan boleh jadi perkara itu adalah perkara yang terlalu asas. Jadi ambilah masa untuk bertanya dan mengkaji.
Dengan mengambil sikap bertenang,bertanya,mengkaji dan berfikir, ia pastinya akan lebih menguntungkan kita baik bagi diri sendiri mahupun umat ini insyallah.


Tukang ‘Goreng’

Tukang ‘goreng’ adalah satu golongan perosak yang sedang berkembang luas di dalam masyarakat kita hari ini, Apabila soalan yang ditanya itu tidak diketahui jawapanya, bukanya dijawab “tidak tahu”,malah mahu juga dijawab demi menjaga imej yang tidaklah semegah mana.

Maka tanpa fakta yang cukup dan kefahaman yang betul, cara yang paling mudah untuk menjawab persoalan yang ditanyakan masyarakat ialah dengan meng’goreng’ jawaban. Lebih parah apabila jawapan itu di’goreng’ sampai hangus !

Mulalah jawapan itu dikaitakan dengan perkara-perkara yang tiada kaitan pun, sehinggalah satu persoalan itu tadi berkembang biak menjadi persoalan-persoalan yang banyak dan bertambah rumit.

Meng’goreng’ jawapan akan menjadi masalah yang sangat besar apabila persoalan tersebut melibatkan urusan agama, lebih-lebih lagi di di dalam bab akidah, kerana ia boleh membawa kepada sesatnya manusia. Agama ini perlu dirujuk kepada fakta bersumberkan al-Quran dan as-Sunnah,bukannya dijawab ikut rasa!

Bencana tunjuk pandai ini ada contohnya dari kisah pada zaman Nabi Muhammad Shallahu Alaihi Wasallam. Imam Abu Daud menyebutkan sebuah hadith daripada Jabir bin Abdillah :

“Kami mengadakan satu perjalanan. Salah seorang di antara kami ada yang kepalanya tertimpa batu. Lalu, kepala orang itu berbalut kain. Di saat tidur, orang itu bermimpi bersetubuh. Ia bertanya kepada kawan-kawanya. “ Bagaimana pandangan kalian, apakah aku diperbolehkan tayamum atau tidak? Mereka menjawab, Tidak boleh. Engkau harus wudhuk. Kerana engkau mampu menggunakan air. Maka, dia pun mandi. Akibatnya, dia meninggal dunia kerana lukanya terkena air. Ketika menemui Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, kami sampaikan berita itu kepada beliau. Saat mendengar berita tersebut, Baginda berkata, “Orang itu dibunuh oleh kawan-kawanya. Mereka akan dikutuk oleh Allah. Kenapa mereka tidak bertanya, jika tidak tahu ? Sesungguhnya ubat kebodohan adalah bertanya. Padahal, orang itu cukup hanya tayamum dan membalut lukanya dengan kain. Ia cukup mengusap lukanya itu dan membasuh anggota badan lainya.”

Dalam Riwayat di atas Rasulullah menyebutkan bahawa kebodohan sebagai penyakit dan ubatnya adalah bertanya.


Menjawab "Aku Tidak Tahu" Adalah Aib?

Barangkali budaya kita yang menjadi punca sebahagian ilmuan ataupun orang kebanyakkan takut untuk memberikan jawapan “ aku tidak tahu”. Ini kerana,apabila seseorang itu menjawab dengan jawapan “aku tidak tahu” ramai yang menganggapnya sebagai seorang yang kurang berilmu dan tidak cerdik. Ini adalah satu mind set yang sepatutnya di ubah,dan mind set sebegini sukar untuk menyuburkan budaya ilmu,kerana di dalam dunia ilmu,”tidak tahu” adalah satu perkara biasa.

Sebagai contoh, jika ada seorang yang bergelar ustaz yang memberikan jawapan “tidak tahu” kepada persoalan yang ditanyakan,kebanyakkan masyarakat hari ini melihat ia seperti satu keajaiban dan keaiban yang besar. Mengapa harus begitu? Bukankah ilmu itu luas dan tidak semestinya seseorang itu menguasai satu bidang ilmu itu secara keseluruhanya.


Terdapat sebuah kisah hebat yang disandarkan kepada Imam Dar al-Hijrah Imam Malik Bin Anas. Beliau sangat dikenali dengan kejaguhannya di dalam bidang Fiqh dan Hadith,namun beliau juga dikenali sebagai seorang yang tegas memberikan jawapan “Aku tidak tahu!” kepada soalan-soalan yang diajukan.

Di dalam satu kisah,beliau didatangi seorang dari Marrakes yang jarak perjalananya ialah 6 bulan hanya untuk bertanyakan satu soalan.”Orang ditempatku menantikan jawapan kamu” Katanya pada Imam Malik. Namun selepas mendengar soalanya, Imam Malik menjawab, “ Tolong beri tahu kepada orang ditempatmu,aku tidak tahu jawaban bagi soalan yang ditanyakan”.

Di dalam satu kisah yang lain pula,beliau ditanyakan 48 soalan dan beliau menjawab “Aku tidak tahu” kepada 32 soalan daripadanya.

Begitulah sikap pemilik kitab Muwatto’ yang digelar Imam as-Syafie sebagai kitab yang paling sahih selepas al-Quran.

“Tidak wujud diatas muka bumi ini sebuah kitab selepas kitab Allah (al-Quran) sahih daripada kitab Malik” Imam as-Syafie (‘Asyik,Dr ‘Aid Qarni. Hlm 107)

Merendahlah

Oleh itu kita sebagai seorang penuntut ilmu yang masih jauh perjalananya,usah dek keegoan diri yang tinggi ,kita menipu orang ramai dan yang paling utama menipu diri sendiri hanya kerana tidak mahu dianggap jahil. Tetapi ini tidaklah bermakna kita tidak perlu bersungguh-sungguh di dalam menuntut ilmu,kerana bersungguh-sungguh itu pastinya menjadi tuntutan yang sangat utama bagi sorang penuntut ilmu. Cuma jika ada masa-masa kita diajukan soalan oleh masyarakat dan kita tidak tahu jawapanya katakan sahaja “Aku Tidak Tahu!” Kemudian cari jawapanya untuk menambah ilmu didada. Ia lebih baik dan selamat untuk dunia dan akhirat kita daripada berlagak pandai dalam hal yang kita tidak tahu kemudian menyusakan masyarakat dengan sikap sebegitu.

Allahu 'Alam (Allah Lebih Mengetahui)



Azlan Shah
Irbid, Jordan
11.45~16 feb '10

http://www.azlanshahjb.blogspot.com/